Jumat, 06 April 2012

LEAVE
 

I thought we were over and had forgotten the past... 
Our hand were separated in peace ...
The nights of our love are filled with forgetness..
Our love now is silent and echoless

What did u come to tell now after what happened? 
What did u come to tell after our way has ended?
What should i tell u? 
My eyes are telling u..
about my heart, that's its last breath

Leave !! Baby leave...
what do u want from me?
Forget about me.. Leave me alone,
Baby just leave.. Enough wounds,
I do just forgotten u..

what made u come into my mind? 
Stop taking me to back our past 
our past is now forgotten 

Baby.. let my heart rest....
Enough harmless pain,
U used to live in my soul and leave me to be alone.... 
Dont awaken now, my wounds will over again... 
I am already lost... 

let forget those nights and forget about me, 
for my sake my lover.... 
Leave.. leave... !!  
please leave me alone


Penatalaksanaan Fraktur dan luka

A.     Penatalaksanaan fraktur
A.1 terapi pada fraktur tertutup
Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi fraktur untuk memperbaiki posisi fragmen, diikuti dengan pembebatan  untuk mempertahankannya bersama-sama sebelum fragmen-fragmen itu menyatu; sementara itu gerakan sendi dan fungsi harus di pertahankan. Pada penyembuhan fraktur dianjurkan untuk melakukan aktivitas otot dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini mencakup dalam 3 keputusan yang sederhana; reduksi, mempertahankan, lakukan latihan.
Pada penanganan sulit menahan fraktur secara memadai sambil tetap menggunakan tungkai secukupnya: ini merupakan suatu pertentangan (tahan lawan gerakan) yang perlu dicari pemecahannya secepat mungkin oleh ahli bedah (misalnya dengan fiksasi internal). Terapi bukan saja d tentukan oleh jenis fraktur tetapi juga oleh keadaan jaringan lunak di sekitarnya. Tscherne (1984) telah menyediakan klasifikasi cedera tertutup yang bermanfaat: tingkat 0 adalah fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan lunak; tingkat 1 adalah fraktur dengan abrasi dangkal atau memar pada kulit dan jaringan subkutan; tingkat 3 adalah cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartemen.

A.1.1 Reduksi
Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu di dahuluka, tidak boleh ada keterlambatan dalam menangani fraktur; pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama akan mempersukar reduksi. Tetapi terapat beberapa situasi yang tak memerlukan reduksi;
(1) bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada;
(2) bila pergeseran tidak berarti (misalnya pada fraktur clavicula); dan
(3) bila reduksi tampak tak akan berhasil (misalnya pada fraktur kompresi pada vertebra).
Fraktur yang melibatkan permukaan sendi; ini harus di reduksi sempurna mungkin karna setiap ketidakberesan akan memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode reduksi; tertutup dan terbuka.

Ø Reduksi tertutup
Dengan anastesi yang tepat dan relaksasi otot, fraktur dapat direduksi dengan manuver tiga tahap:
(1) bagian distal tungkai di tarik ke garis tulang;
(2) sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen itu di reposisi (dengan membalikkan arah   
     kekuatan asal kalau ini dapat di perkirakan); dan
(3) penjajaran di sesuaikan ke setiap bidang. Beberapa fraktur (misalnya pada batang femur) sulit
     di reduksi dengan manipulasi karena tarikan otot yang sangat kuat dan membutuhkan traksi
     yang lama.

Ø Reduksi terbuka
Reduksi bedah pada fraktur  dengan penglihatan langsung di indikasikan:
(1)      Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau karena
Terdapat jaringan lunak di antara fragmen-fragmen itu;
(2)   bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu di tempatkan secara tepat; atau
(3)   bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah. Namun biasanya reduksi terbuka hanya
        merupakan langkah pertama untuk fiksasi internal.

A.1.2 Mempertahankan Reduksi
Metode  yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:
(1) traksi terus-menerus;
(2) pembebatan dengan gips:
(3) pemakaian panahan fungsional,
(4) fiksasi internal; dan

(5) fiksasi eksternal.

      Otot di sekeliling fraktur, kalau utuh bertindak sebagai suatu kompartemen cair; traksi atau kompresi menciptakan suatu efek hidrolik yang dapat membebat fraktur. Karena itu metode tertutup paling cocok untuk fraktur dengan jaringan yang lunak yang utuh, dan cenderung gagal jika metode itu digunakan sebagai metode utama untuk terapi fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

 Ø Traksi terus – menerus
            traksi dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur, supaya melakukan suatu tarikan yang terus menerus pada poros panjang tulang itu. Cara ini sangat berguna untuk fraktur batang yang bersifat oblik atau spiral yang mudah bergeser dengan kontraksi otot.

Traksi tidak dapat menahan fraktur yang diam, traksi dapat menarik tulang panjang secara lurus dan mempertahankan panjangnya tetapi reduksi yang tepat kadang-kadang suka dipertahankan. Dan sementara itu pasien dapat menggerakkan sendi-sendinya dan melatih ototnya. Traksi cukup aman, asalkan tidak berlebihan dan berhati-hati bila menyiapkan pen-traksi. Masalahnya adalah kecepatan: bukan karena fraktur menyatu secara perlahan-lahan (bukan demikian) tetapi karena traksi tungkai bawah akan menahan pasien tetap di rs. Akibatnya, segera setelah fraktur lengket (dapat mengalami deformitas tetapi tidak mengalami pergeseran), traksi harus digantikan dengan bracing kalau metode ini dapat dilaksanakan.  

·         Traksi dengan gaya berat; cara ini hanya berlaku pada cidera tungkai atas. Karena itu, bila memakai kain penggendong lengan, berat lengan akan memberiakan traksi terus menerus pada humerus.
·     Traksi kulit; traksi kulit (traksi buck) dapat menahan tarikan yang tak lebih dari 4 atau 5 kg. Ikatan holland atau elastoplast rentang-satu-arah di tempelkan pada kulit yang telah di cukur dan di pertahankan dengan suatu pembalut. Maleolus di lindungi dengan tisu gamgee, dan untuk traksi di gunakan tali atau plaster
·     Traksi kerangka; kawat kirscer, pen steinmann atau pen denham di masukkan, biasanya di belakang tuberkel tibia untuk cidera pinggul, paha dan lutut; di sebelah bawah tibia atau pada kalkaneus untuk fraktur tibia. Kalau digunakan suatu pen, di pasang kait yang dapat berputar dengan bebas, dan tali dipasang pada kait itu untuk menerapkan traksi. Traksi harus selalu dilawan dengan oleh aksi lawan; artinya, tarikan harus di lakukan terhadap sesuatu, atau tarikan itu hanya akan menarik pasien ke bawah tempat tidurnya.
·    Traksi tetap; tarikan di lakukan terhadap suatu titik tertentu, contohnya palster di tempelkan pada bagian persilangan bebat thomasdan menarik kaki ke bawah hingga pangkal tungkai menyentuh cicin bebat itu.
·     Traksi berimbang; tarikan di lakukan terhadap kekuatan berlawanan yang berasal dari berat tubuh bila kaki tempat tidur tersebut di naikkan. Tali dapat di ikata pada kaki tempat tidur, atau di lewatkan pada kerekan-kerekan dan di beri pemberat.

·        Traksi kombinasi; beban thomas di gunakan. Plester di tempelkan pada ujung bebat dan bebat itu di gantung, atau di ikat pada ujung tempat tidur yang di angkat.



Ø Pembelatan dengan gips
            cara ini cukup aman, selama kita waspada akan bahaya pembalut gips yang ketat dan asalkan borok akibat tekanan dapat dicegah. Kecepatan penyatuannya tidak lah lebih tinggi maupun lebih rendah dibandingkan traksi, tetapi pasien dapat pulang lebih cepat. Mempertahankan reduksi biasanya tak ada masalah dan pasien dengan fraktur tibia dapat menahan berat pada pembalut gips. Tetapi, sendi-sendi yang terbungkus dalam gips tidak dapat bergerak dan cenderung kaku, kekakuan yang mendapat julukan penyakit fraktur merupakan masalah dalam penggunaan gips konvensional.
Kekakuan dapat diminimalkan dengan :
1.   Pembebatan tertunda yaitu penggunaan traksi hingga gerakan telah diperoleh kembali, dan baru kemudian menggunakan gips, atau
2.   Memulai dengan gips konvensional, tetapi setelah beberapa hari bila tungkai dapat dipertahankan tanpa terlalu banyak ketidaknyamanan gips tersebut maka diganti dengan suatu penahan fungsional yang memungkinkan gerakan sendi.

Ø  Bracing fungsional


           Bracing fungsional menggunakan gips salah satu dari bahan yang ringan merupakan salah satu cara mencegah kekakuan pada sendi sambil masih memungkinkan pembebatan fraktur. Segmen dari gips hanya dipasang pada batang tulang itu, membiarkan sendi-sendi bebas, segmen gips itu dihubungkan dengan engsel dari logam atau plastic yang memungkinkan gerakan pada suatu bidang. Bebat bersifat fungsional dalam arti bahwa gerakan sendi tidak banyak terbatas dibandingkan gips konvensional.

 


       Bracing fungsional paling luas digunakan untuk fraktur femur atau tibia, tetapi karena penahan ini tidak kaku, biasanya ini hanya dipakai bila fraktur mulai menyatu, misalnya 3-6 minggu setelah traksi atau gips konvensional. Bila digunakan dengan cara ini, ternyata 4 persyaratan dasar yang diperlukan akan terpenuhi; fraktur dapat dipertahankan cukup baik; sendi-sendi dapat digerakkan; fraktur akan menyatu dengan kecepatan normal (atau mungkin sedikit lebih cepat) tanpa tetap menahan pasien di rs dan metode itu cukup aman.
Teknik diperlukan banyak keterampilan untuk memasang suatu penahan yang efektif. Pertama fraktur di stabilkan; setelah beberapa hari dalam traksi atau dalam gips konvensional untuk fraktur tibia; dan setelah beberapa minggu dalam traksi untuk fraktur femur (sampai fraktur telah lengket, artinya dapat melentur tetapi tidak dapat terjadi pergeseran). Kemudian pembalut gips atau bebat yang berengsel di pasang yang akan cukup menahan fraktur tetapi memungkinkan gerakan sendi; di anjurkan melakukan aktivitas fungsional, termasuk penahan beban.
 Ø  Fiksasi internal
 fragmen tulang dapat di ikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang di ikat dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci), circumferential bands, atau kombinasi dari metode ini. Bila di pasang dengan semestinya, fiksasi internal menahan fraktur secara aman sehingga gerakandapat segera di mulai; dengan gerakan lebih awal penyakit fraktur (kekakuan dan edema) dapat di hilangkan. Dalam hal kecepatan pasien dapat meninggalkan rumah sakit segera setelah luka sembuh, tetapi dia harus ingat bahwa meskipun tulang bergerak sebagai satu potong, fraktur belum menyatu, hanya dipertahankan oleh jembatan logam; karna itu penahanan beban yang tak terlidung selama beberapa waktu tidak aman. Bahaya yang terbesar adalah sepsis; kalau terjadi infeksi semua keuntungan fiksasi internal (reduksi yang tepat, stabilitas yang segera dan gerakan lebih awal) dapat hilang.














Indikasi fiksasi internal sering menjadi bentuk terapi yang paling di perlukan. Indikasi utamanya adalah:
1.   Fraktur yang tidak dapat di reduksi kecuali dengan operasi
2.   Fraktur yang tak stabil secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran kembali  setelah reduksi (misalnya fraktur pertengahan batang pada lengan bawah dan fraktur pergelangan kaki yang bergeser); selain itu, juga fraktur yang cenderung perlu di tarik terpisah oleh kerja otot (misalnya fraktur melintang pada patella atau olecranon)
3.   Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan, terutama fraktur pada leher femur.
4.   Fraktur patologik, di mana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5.   Fraktur multiple, bila fiksasi dini (dengan fiksasi internal atau luar) mengurani resiko komplikasi umum dan kegagalan organ pada berbagai sistem.
6.   Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya (penderita paraplegia, pasien dengan cedera multiple) dan sangat lansia).
Teknik banyak tersedia metode, termasuk pengunaan kawat, skrup, plat, batang intramedula dan kombinasi dari semua itu. Bila plat di gunakan, kalau mungkin plat harus di pasang pada permukaan yang
Dapat di tegangkan, yang biasanya pada sisi cembung tulang, bila paku intramedula di gunakan, paku itu dapat dikuncikan dengan sekrup melintang  (muller dkk., 1991)
Frakturulang tidak boleh melepas logam terlalu cepat, atau tulang akan patah lagi. Paling cepat satu tahun dan 18 atau 24 bulan lebih aman; beberapa minggu setelah pelepasan, tulang itu lemah, dan di perlukan perawatan atau perlindungan.
 Ø  Fiksasi luar
      fraktur dapat di pertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan melalui tulang di atas dan di bawah fraktur dan di lekatkan pada suatu kerangka luar. Cara ini dapat di terapkan terutama pada tibia dan pelvis, tetapi metode ini juga digunakan untuk fraktur pada femur, humerus, radius bagian bawah dan bahkan tulang-tulang pada tangan.


  Indikasi fiksasi luar sangat berguna untuk:
1.   Fraktur yang di sertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat di mana luka dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan atau pencangkokan kulit.
2.   Fraktur yang disertai dengan kerusakaan saraf atau pembuluh.
3.   Fraktur yang sangat kominutif dan tak stabil, sehingga sebujur tulangnya dapat dipertahankan hingga mulai terjadi penyembuhan.
4.   Fraktur yang tak menyatu, yang dapat dieksisi dan dikompresi; kadang-kadang fraktur ini di kombinasi dengan pemanjangan.
5.   Fraktur pada pelvis, yang sering tidak dapat di atasi dengan metode lain.
6.   Fraktur yang terinfeksi, di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok.
7.   Cidera multipel yang berat, bila stabilisasi lebih awal mengurangi resiko komplikasi yang berbahaya (phillips dan contreras, 1990)
         Teknik prinsip fiksasi eksternal sederhana: tulang di tranfiksikan di atas dan di bawah fraktur dan sekrup atau kawat di transfiksikan bagian proksimal dan distal kemudian di hubungkan satu sama lain dengan suatu batang yang kaku. Terdapat berbagai teknik dan alat fiksasi: transfiksi dengan pen, sekrup atau kawat; batang penghubung pada kedua sisi tulang atau pada satu sisi saja.
 A.1.3 latihan
Lebih tepatnya memulihkan fungsi-bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi juga pada pasien secara keseluruhan. Tujuannya adalah mengurangi edema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan tenaga otot dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal. 
Pencegahan edema pembengkakan hampir tak dapat dielakkan setelah fraktur dan dapat menyebabkan perengangan dan lepuh pada kulit. Edema yang menetap adalah penyebab adalah penyebab penting kekakuan sendi, terutama pada tangan; kalau dapat, ini perlu dicegah, dan terapi dengan giat kalau sudah terjadi, dengan kombinasi peninggian dan latihan. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, dan cidera yang tidak begitu  berat pada tungkai atas berhasil ditangani dengan penempatan lengan pada kain gondongan; tetapi kemudian penting untuk berusaha menggunakannya secara aktif, dengan menggerakkan semua sendi bebas. Inti perawatan jaringan lunak dapat diringkas sbb : meninggikan dan melakukan latihan: jangan menjutaikan, jangan memaksa.
Peninggian tungkai yang mengalami cedera berat biasanya perlu di tinggikan; setelah reduksi pada fraktur kaki, kaki tempat tidur ditinggikan dan latihan di mulai.
Latihan aktif  gerakan aktif membantu memompa keluar cairan edema, merangsang sirkulasi, mencegah pelekatan jaringan lunak dan membantu penyembuhan fraktur.
Gerakan berbantuan telah lama diajarkan bahwa gerakan pasif dapat merusak, terutama pada cidera sekitar siku dimana terdapat banyak resiko munculnya miositis osifikans. Tentu saja tak boleh lakukan gerakan paksaan, tetapi bantuan perlahan-lahan selama latihan aktif dapat membantu mempertahankan fungsi atau memperoleh kembali gerakan setelah terjadi fraktur yang melibatkan permukaan artikular.

Aktifitas fungsional     pasien mungkin perlu diajarkan lagi bagaimana cara melakukan tugas sehari-hari, misalnya berjalan, rebah, dan bangun dari tempat tidur, mandi, dll.

A.2 terapi pada fraktur terbuka

1.   Pertimbangan umum
Ada 4 klasifikasi yang perlu di perhatikan; (1) bagaimana sifat luka itu; (2) bagaimana keadan kulit di sekitar luka? Apakah sirkulasi cukup baik? Dan (3) apakah semua saraf utuh?
Semua fraktur terbuka seberapapun ringannya harus di anggap terkontaminasi dan perlu untuk mencegah adanya infeksi.  Untuk tujuan ini, empat hal penting adalah: (1) pembalutan luka dengan segera; (2) profilaksis antibiotika; (3) debridemen luka secara dini; dan (4) stabilisasi fraktur.

2.   Klasifikasi
  1. Tipe i luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada tempat tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada jaringan lunak, tanpa pengancuran dan fraktur tidak kominutif.
  2. Tipe ii luka lebih dari 1 cm tetapi tidak ada penutup kulit tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak dan tidak lebih dari kehancuran atau kominusi fraktur tingkat sedang.
  3. Tipe iii terdapat kerusakaan yang luas pada kulit, jaringan lunak dan struktur neurovascular, disertai banyak kontaminasi luka. Pada tipe iii a, tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat di tutupi secara memadai oleh jaringan lunak. Pada tipe iii b tidak dan malah terdapat pelepasan periosteum, selain fraktur kominutif yang berat. Fraktur di golongkan sebagai tipe iii c kalau terdapat cidera arteri yang perlu di perbaiki, tak perduli berapa banyak kerusakaan jaringan lunak yang lain. Cedera kecepatan tinggi di golongan sebagai tipe iii b atau c meskipun luka itu kecil, kerusakan internal hebat. Insidensi infeksi luka berhubungan langsung dengan tingkat kerusakan jaringan lunak; kurang dari 2% pada fraktur tipe i sampai lebih dari 10% pada fraktur tipe ii.

3.   Penanganan dini
Luka harus tetap ditutup. Antibiotika diberikan secepat mungkin, seberapapun laserasi itu harus dilanjutkan hingga bahaya infeksi terlewati. Pada umumnya pemberian kombinasi benzilpensilin dan flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam akan mencukupi. Jika luka sangat terkontaminasi, maka untuk mencegah gram-negatif yaitu dengan menambahkan gentaminisin atau methonidazol dan melanjutkan terapi selama 4-5 hari. Pemberian profilaksis tetanus juga penting. Toksoid yang diberikan pada mereka yang sebelumnya telah diimunisasi. Jika belum, berilah antiserum manusia. 
4.      Debridemen
Operasi bertujuan untuk membersihkan luka dari benda asing dan jaringan mati, memberikan persediaan darah yang baik di seluruh bagian tersebut. Dilakukan irigasi akhir disertai obat antibiotika. Jaringan kemudian di tangani sebagai berikut.
  • Kulit  
    Hanya sesedikit mungkin kulit di eksisi dari tepi luka. Pertahankan sebanyak mungkin kulit. Luka sering perlu di perluas dengan insisi yang terencana untuk memperoleh daerah terbuka yang memadai.setelah di perbesar, pembalut dan bahan asing lain dapat di lepas.
  • Fasia  
    Fasia di belah secara meluas sehigga sirkulasi tidak terhalang.
  • Otot  
    Otot yang mati berbahaya, karna merupakan makanan bakteri. Otot yang mati biasanya dapat dikenal melalui perubahan warna yang keungu-unguannya, konsistensinya buruk, tidak dapat berkontraksi bila di rangsang, dan tak berdarah bila di potong.
  • Pembuluh darah  
    Pembuluh darah yang banyak mengalami pendarahan diikat dengan cermat tetapi, untuk meminimalkan jumlah benang yang tertinggal dalam luka, pembuluh yang kecil di jepit dengan gunting tang arteridan di pilin.
  • Saraf 
    Saraf yang terpotong biasanya terbaik dibiarkan saja tetapi bila luka itu bersih dan ujung-ujung luka bersih dan tidak terdiseksi, selubung luka dijahit dengan bahanyang tak dapat diserap untuk memudahkan pengenalan dibelakang hari. 
  • Tendon   Biasanya, tendon yang terotong juga dibiarkan saja seperti halnya saraf, penjahitan diperbolehkan hanya kalau luka itu bersih dan diseksi tak perlu dilakukan.
  • Tulang Permukaan fraktur dibersihkan secara perlahan dan ditempatkan kembali pada posisi yang benar. Tulang, seperti kulit, harus diselamatkan dan fragmen baru boleh dibuang bila kecil dan lepas sama sekali.
  • Sendi Cidera sendi terbuka terbaik diterapi dengan pembersihan luka, penutupan sinovium dan kapsul, dan antibiotika sistemik: drainase atau irigasi sedotan hanya digunakan kalau terjadi kontaminasi hebat.

5.   Penutupan luka
Luka tipe i yang kecil dan tidak terkontaminasi, yang dibalut dalam beberapa jam setelah cidera, setelah debridement, dapat dijahit. Luka yang laim harus dibiarkan terbuka hingga bahay infeksi telah dilewati. Luka itu dibalut sekedarnya dengan kasa steril dan diperiksa setelah 5 hari. Kalau bersih, luka tersebut dijahit.

6.   Stabilisasi fraktur
Stabilisasi fraktur diperlukan untuk mengurangi infeksi. Untuk luka tipe i atau tipe ii yang kecil dengan fraktur yang stabil, boleh menggunakan gips yang dibelah secara luas atau, untuk femur digunakan traksi pada bebat. Metode yang paling aman adalah fiksasi external. Pemasangan pet intramedula dapat digunakan untuk femur atau tibia, terbaik jangan melakukan pelebaran luka pendahuluan yang akan meningkatkan resiko infeksi.

7. perawatan sesudahnya
Tungkai ditinggikan ditemoat tidur dan sirkulasinya diperhatikan dengan cermat. Syok mungkin masih membutuhkan terapi. Kalau luka dibiarkan terbuka, periksa setelah 5-7 hari.

8.   Sekuele pada fraktur terbuka
  • Kulit kalau terdapat kehilangan kulit atau kontraktur, pencangkokan mungkin diperlukan. Bila diperlukan operasi perbaikan atau rekonstruksi pada jaringan yang lebih dalam, pencangkokan kulit dengan ketebalan penuh sangat diperlukan.
  • Tulang  infeksi dapat mengakibatkan sekuester dan sinus. Sekuester yang kecil harus disingkirkan secara dini, tetapi potongan-potongan besar dapat dieksisi. Penundaan penyatuan tak dapat dielakkan setelah infeksi fraktur, tetapi penyatuan akan terjadi jika infeksi dikendalikan dan terapi dilanjutkan dalam waktu yang cukup lama.
  • Sendi bila fraktur yang terinfeksi mempunyai hubungan dengan suatu sendi, prinsip terapinya sama seperti terapi infeksi tulang, yaitu ; pengobatan, drainase, dan pembebatan. 


B.penatalaksanaan luka
Berdasarkan jenisnya, luka terbagi dua, yakni luka akut dan luka kronik. Luka akut adalah luka yang dapat diperkirakan kesembuhannya seperti luka jahitan. Sedangkan luka kronik adalah luka yang mengalami kegagalan untuk sembuh pada waktunya, misalnya ada infeksi di luka operasi. Pada luka akut, proses penyembuhan luka melewati tahap inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Sedangkan pada luka kronik, tahap tersebut berlangsung lambat karena terjadi kegagalan mencapai tahap tertentu. Dalam melakukan penanganan luka, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni infeksi, nekrotik, dan eksudat. Bila luka infeksi dan terdapat nekrotik maka pemberian antibiotik dan debridement mutlak diperlukan. Satu hal yang juga penting, yakni mencegah kekambuhan luka. Penatalaksanaan luka terkini, seperti menganut prinsip time yakni tissue, infection, moisture, dan edge of the wound. Penanganan tissue atau jaringan berkaitan erat dengan debridement, yakni membersihkan luka dan membuang jaringan yang rusak. Prinsip kedua infeksi. Infeksi harus diatasi sedini mungkin sebab jika infeksi tidak dikontrol maka ia akan mengontrol host. Prinsip selanjutnya adalah moisture atau lembab, di mana luka harus dibuat sedemikian rupa agar dalam suasana lembab. Suasana lembab memungkinkan proses penyembuhan luka berjalan lebih cepat. Prinsip terakhir adalah menutup luka. Jika sudah ditangani sesuai tiga prinsip di atas, selanjutnya luka ditutup dengan berbagai modalitas seperti skin graft. Jika keempat prinsip ini diterapkan pada luka, baik yang akut ataupun kronik, akan sembuh sesuai dengan tahapan proses kesembuhanan. 

Salah satu produk yang digunakan untu­k menangani luka adalah iodosorb. Serbuk steril yang ber­warna coklat tua ini mengandung 0,9% cadexomer iodine. Seperti diketahui, iodine merupakan antiseptik yang dapat membunuh bakteri, jamur, virus, protozoa, trichomonas, dan spor­a dengan cara bereaksi denga­n asam amino dan enzim mikroba. Substansi ini dapat menghilangkan eksudat yang berlebihan dan jaringan nekrotik kekuningan (slough) dari dasar luka. Iodosorb memiliki meka­nisme kerja yang unik, yakni iodin­e dalam cadexomer dile­pas­­kan perlahan (lepas lambat). Iodine ini memiliki efek anti­mik­roba dengan lama kerja panjang (hingga 72 jam). Selanjut­nya, substansi ini berubah men­ja­di gel yang lembut yang da­pa­t memberikan lingkungan yang lembab pada luka. Ling­kung­an lembab sangat kondusif untuk proses penyembuhan luka.

Referensi
  1.  Apley A. Graham, Solomon Louis, Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widia Medika, Jakarta.
  2. Http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-04-vol-xxxvii-2011/309-kegiatan/588-penatalaksanaan-luka-dalam-praktik-sehari-hari


Kamis, 05 April 2012

Perawatan kulit sesuai dengan jenis kulit

Mengenali jenis kulit sendiri sangat penting sekali. Dengan begitu, kamu bisa tahu secara pasti perawatan dan produk apa yang harus kamu gunakan untuk merawat kulit kamu. Berikut jenis- jenis kulit yang perlu kamu ketahui, dan termasuk jenis manakah kulitmu? :D
  • Kulit normal
    jenis kulit ini tidak kering atau berminyak. Pori-porinya terlihat, namun tidak besar. Setelah mencuci muka, kulit terasa lembut dan nyaman. Di siang hari, kulit masih terlihat bersih dan fresh.

    Cara perawatan :
    Cuci wajah dengan gentle foaming facial wash. Pijat wajah perlahan. Segarkan kulit dengan toner. Langkah terakhir, oleskan pelembab dan baurkan dengan merata menggunakan jari dengan gerakan keatas.
  • Kulit kering
    Jenis kulit ini memiliki tekstur tipis dan mirip kertas. Ketika disentuh rasanya kering. Pori-porinya sangat baik. Setelah mencuci wajah, kulit terasa kencang. Disiang hari, timbul kulit yang mengering menyerupai serpihan putih tipis.

    Cara perawatan:
    pilih pembersih wajah bertekstur creamy untuk menghilangkan kotoran. Diamkan beberapa saat sebelum menghapusnya dengan kapas. Basuh wajah dengan air dingin, untuk hasil akhir menyegarkan bubuhkan pelembab untuk menjaga kelembapan kulit wajah.
  • Kulit berminyak
    tekstur kulit berminyak pada umumnya tebal dan kasar. Pori-porinya besar dan terlihat jelas. Sesaat setelah di cuci, wajah terasa nyaman dan bersih. Namun disiang hari, kulit terlihat shiny karena minyak yang berlebihan.

    Cara perawatan:
    pilih pembersih wajah gentle foaming facial wash. Produk ini akan mengangkat kotoran tanpa menghilangkan kelembapan kulit. Bubuhkan astrigent lotion pada kapas dan sapukan merata ke wajah. Kulit berminyak pun butuh pelembab. Pilih yang bertekstur air dan ringan.
  • Kulit kombinasi
    apakah kulit kamu kering dan agak berminyak di beberapa area? Berarti kulit kamu masuk kategori ini. Biasanya bagian pipi kering, sementara di area kening dan hidung berminyak di siang hari. Pada umumnya wanita memiliki jenis kulit ini.

    Cara perawatan:
    Di pagi hari gunakan foaming facial wash untuk membersihkan wajah. Di malam hari ganti pembersih dengan krim pembersih untuk melembabkan area kulit wajah yang kering. Dengan demikian keseimbangannya terjaga. Gunakan astrigent di area berminyak, dan penyegar di area kering. Oleskan pelembab secara merata keseluruh wajah, fokuskan pada area yang kering.
  • Kulit sensitif
    Jenis kulit ini dapat teriritasi dengan mudah. Reaksi tipikal yang timbul adalah gatal-gatal, atau kulit terbakar. Setelah mencuci wajah, kulit terasa kering dan gatal di beberapa area. Disiang hari kulit kering dan kemerahan.

    Cara perawatan:
    Jangan gunakan facial wash atau sabun untuk mencuci wajah. Pilih lotion pembersih hypoallergenic. Gunakan pelembab untuk menguatkan kulit dan mempersiapkan penghalang untuk iritasi kulit. Pilih pelembab yang tidak mengandung pewangi untuk menghindari iritasi.

    Selamat mencoba :D

Pengaruh hormon tiroid pada Janin

Pengaruh hormon tirod pada janin
Tiroid ibu menyediakan semua hormon tiroid diperlukan untuk perkembangan janin sampai janin tiroid mampu menghasilkan jumlah yang cukup hormon endogen. Kelenjar tiroid janin dan feedback loop negatif dengan hipofisis mengembangkan dan dewasa di seluruh kehamilan. (Tabel 2). Fetal TSH dan T 4 yang pertama terdeteksi pada kehamilan 10 minggu. 
Tabel 2. Pematangan Fungsi Tiroid Janin
Minggu 7 - 9
  • Pembentukan kelenjar tiroid dimulai
Minggu 10
  • TSH dan T 4 terdeteksi
  • Thyroid folikel terdeteksi
Minggu 17
  • Struktur jatuh tempo kelenjar tiroid
Minggu 20
  • Type II dan Type III deiodinases hadir
Weeks 18 - 40
Pematangan:
  • TRH produksi
  • fungsi pituitari janin
  • respon tiroid janin untuk stimulasi TSH
Pembentukan kelenjar tiroid janin terjadi selama minggu 7 sampai 9 dari kehamilan. Kelenjar tiroid janin berasal sebagai proliferasi epitel di lantai faring di situs dari foramen sekum linguae. Hipotalamus thyrotropin-releasing hormone (TRH) produksi dan fungsi portal hipofisis jatuh tempo antara 18 dan 40 minggu kehamilan. Sebelum matang TRH produksi oleh hipotalamus janin, hipotalamus-jaringan tambahan, seperti plasenta, pankreas janin dan jaringan gastrointestinal lainnya, mampu menghasilkan tingkat tinggi TRH ditemukan dalam janin blood. konsentrasi TSH serum janin tampaknya meningkatkan secara paralel dengan meningkatnya konsentrasi TRH.  folikel tiroid janin dan T 4 sintesis yang pertama dibuktikan sekitar 10 minggu setelah pembuahan, meskipun pada saat ini, proses biosintesis belum matang. 
pituitari mengendalikan fungsi tiroid janin dapat memulai awal 12 minggu kehamilan sebagai, tetapi tidak matang sampai pertengahan kehamilan. Setelah pertengahan kehamilan, peningkatan dalam hasil TSH janin dalam meningkatkan bertepatan di T serum janin 4 konsentrasi, dengan T 4 tingkat meningkat dari 2 menjadi 3 g  / dl pada 10 minggu sampai 10  g / dl pada 30
Kemampuan agen untuk mempengaruhi fungsi tiroid janin tergantung pada kemampuannya untuk melintasi penghalang plasenta.Demikian juga, segala akibat hormon tiroid ibu pada janin harus bergantung pada transfer plasenta. Rongga amnion mengandung embrio yang berkembang ini dikelilingi oleh cairan selom ekstraembrionik, yang pada gilirannya dikelilingi oleh placenta.75 T 4 konsentrasi dalam cairan selom pada 6 sampai 12 minggu rendah, tapi bervariasi langsung dengan T serum ibu 4konsentrasi . 
Sebuah studi dari 25 bayi lahir dengan cacat organification lengkap, yang ibunya juga memiliki cacat organification lengkap, memeriksa jumlah transfer ibu dalam jumlah fisiologis T diberikan 4 0,78 T serum 4 konsentrasi pada kelahiran pada neonatus yang terkena adalah 20% -50% (35-70 nmol / L vs 80-170 nmol / L) yang neonatus normal. serum. T 4 konsentrasi dalam plasenta bayi ini tercermin transfer hormon tiroid ibu transfer ini mungkin tidak memadai untuk mendorong euthyroidism pada janin. Apakah itu cukup untuk menjamin T 3 konsentrasi di otak janin yang memadai untuk memajukan pembangunan psychoneurological masih harus ditentukan.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk memodifikasi struktur molekul hormon tiroid untuk meningkatkan transfer plasenta. transfer plasenta tergantung pada berat molekul, mengikat protein, dan lemak solubility.79 Kami menemukan bahwa-isopropil thyronine dimetil (DIMIT), hormon tiroid analog nonhalogenated, adalah 20 kali lebih efektif sebagai T 4 dalam mencegah gondok tikus janin tanpa terjadi tirotoksikosis ibu. 80 DIMIT, lebih kecil larut lemak, dan kurang protein terikat erat daripada T 4.
Aksesibilitas dari kompartemen cairan ketuban melalui amniosentesis pada wanita hamil telah menyebabkan minat dalam TSH dan konsentrasi hormon tiroid dalam cairan ketuban. Sementara TSH telah sulit untuk dideteksi dalam cairan ketuban, menghasilkan diandalkan results81, konsentrasi hormon tiroid, dan metabolit iodothyronine mereka, telah diukur (Gambar 3). konsentrasi cairan ketuban iodothyronine mencerminkan baik dan janin metabolism.82 ibu ibu iodothyronines dalam cairan ketuban bisa masuk ke sirkulasi janin. Pada akhir kehamilan, ini tampaknya dilakukan dengan janin menelan cairan ketuban.
Reverse T 3, T 4, dan konjugasi tersulfatasi mereka account selama lebih dari 95% dari hormon tiroid dalam cairan ketuban. Mayoritas T 3 (3,5,3 '-triiodothyronine) dalam cairan ketuban dihasilkan dari monodeiodination lingkar luar T 4 dengan tipe II deiodinase.Reverse T 3 konsentrasi yang nyata meningkat dalam cairan ketuban, mencapai level puncak pada 17 sampai 20 minggu, lagi-lagi mencerminkan peningkatan iodothyronine monodeiodinase kegiatan-5'di kompartemen janin. RT 3 memiliki aktivitas biologis minimal.Sepanjang kehamilan, T ketuban 3 konsentrasi semakin menurun, sedangkan T 4 meningkatkan
Perbandingan total T ibu 4 konsentrasi dengan mereka yang berada di kompartemen janin mengungkapkan bahwa konsentrasi T total 4 dalam kompartemen janin hingga 100 kali lipat lebih rendah dari konsentrasi ibu. Menariknya, bagaimanapun, FT 4 konsentrasi yang lebih mirip antara kompartemen ibu dan janin, dengan cairan janin FT 4 konsentrasi mencapai nilai sampai sepertiga dari konsentrasi ibu. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan janin yang terkena biologis konsentrasi yang relevan dari FT 4 selama trimester pertama. Fetal FT 4 konsentrasi ditentukan oleh T ibu 4 dan 4 FT konsentrasi, serta dengan konsentrasi yang tersedia protein pengikat hormon tiroid. Dengan demikian, hypothyroxinemia ibu langsung akan berdampak status tiroid dari janin yang berkembang, sehingga hypothyroxinemia relatif, dan berpotensi menghasilkan efek yang merugikan perkembangan.
bayi prematur menunjukkan respon TSH menurun pada kelahiran, mencerminkan ketidakdewasaan persisten dari-hipofisis-tiroid sumbu hipotalamus. Meskipun T 4 serum meningkat selama beberapa minggu pertama hidup, T 4 konsentrasi tetap di bawah yang ditemukan dalam jangka bayi penuh. Menunjukkan Neonatus tinggi serapan radioaktif yodium tiroid sedini post partum jam 10. Ini serapan meningkat mencapai puncaknya pada hari kedua dan turun ke batas normal orang dewasa oleh hari kelima post partum. Iodida studi kinetika menunjukkan bahwa yodium anorganik plasma dan kolam yodium meningkat, seperti jumlah absolut iodida diambil oleh tiroid gland.

Sumber :
1.      Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem edisi 2, Jakarta: EGC, 2001. 
2.      Burrow N Gerard, MD dan H Lauren Golden, MD influenc thyroid function” your endocrine source. Endotext.com