OSTEOARTRITIS (OA)
Definisi
Osteoartritis
Penyakit
Sendi Degeneratif (osteoartritis)
adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD, 2006). Atau gangguan pada sendi yang
bergerak (Price, 2006). Osteoarthritis adalah salah satu jenis dari keluarga
besar penyakit arthritis yang paling sering terjadi. Sering disebut juga degeneratif
osteoarthritis atau hipertropic OA. OA merupakan radang sendi yang bersifat
kronis dan progresif disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa integrasi
(pecah) dan perlunakan progresif permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang
rawan sendi (osteofit) di tepi tulang.
Etiologi
Sampai saat ini etiologi yang pasti
dari osteoartritis ini belum diketahui dengan jelas, ternyata tidak ada
satu faktor pun yang jelas sebagai
proses destruksi rawan sendi, akan tetapi beberapa faktor predoposisi
terjadinya OA telah diketahui. Faktor resiko yang berperan pada osteoarthritis
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
(1)
faktor predoposisi
umum, antara lain umur, jenis kelamin, kegemukan, hipermobilitas, merokok,
hormoral, dan penyakit rematik lainnya.
(2)
faktor mekanik, antara lain trauma, bentuk
sendi, penggunaan sendi yang berlebihan oleh karena pekerjaan atau aktivitas
dan kurang gerak.
Faktor Resiko
Menurut Sidartha
presdisposisi etiologi dari osteoartritis sebagai berikut:
Usia diatas 50 tahun.
Usia semakin
tua semakin menurun kualitas kartilago persendian. Kartilago sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua semakin berkurang
elastisitasnya, sehingga akan mengakibatkan gangguan fungsi.
Wanita lebih banyak dari pada laki-laki (
Parjoto, 2000)
Kegemukan, penyakit metabolic
Pada keadaan normal
berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot
paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah sendi
lutut. Pada obesitas resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya
yang akan diterima sendi lutut tidak seimbang. Perubahan degeneratif pada lutut
lebih banyak ditemui pada penderita diabetus mellitus.
Untuk menentukan
obesitas tersebut dapat dicari dengan menggunakan rumus Body Mass Indeks(BMI)
sebagai berikut :
BMI = Berat Badan (Kg)
/ Tinggi Badan (m)².Menurut Hudaya
(2002), kriteria penilaian BMI dapat dilihat dari Kriteria Penilaian Body
Mass Indeks
a.
Normal
Pria :
20-25
Wanita : 19-24
b.
Underweight
Kurang dari 30
c.
Obesitas
Lebih dari 30
Riwayat immobilisasi
Riwayat trauma atau radang di
persendian sebelumnya.
Trauma langsung atau
tidak langsung (trauma kecil-kecil yang dialami sepanjang masa menjelang tua)
mengakibatkan rusaknya katilago persendi
Adanya stress pada sendi yang
berkepanjangan,misalnya pada olahragawan.
Pekerjaan yang banyak
membebani sendi lutut akan mempunyai resiko terserang OA lebih besar.
Adanya kristal pada cairan sendi
atau tulang .
Densitas tulang yang tinggi
Neurophaty perifer
Faktor lainnya : ras, keturunan dan
metabolik.
Menopause > 50 Thn
Genetik (Kelainan pertumbuhan)
Manifestasi Klinis OA
1. Persendian terasa kaku
dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya hanya
terjadi pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan
menimbulkan rasa sakit setiap melakukan gerakan tertentu, terutama pada waktu
menopang berat badan, namun bisa membaik bila diistirahatkan. Pada beberapa
penderita, nyeri sendi dapat timbul setelah istirahat lama,
misalnya duduk di kursi
atau di jok mobil dalam perjalanan jauh. Terkadang juga dirasakan setelah
bangun tidur di pagi hari.
2.
Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian
(Heberden’s dan Bouchard’s nodes)
Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.
3.
Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada
persendian
4.
Kesulitan menggunakan persendian
5.
Bunyi pada setiap persendian
(crepitus).
6.
Gejala ini tidak menimbulkan rasa nyeri, hanya
rasa tidak nyaman pada setiap persendian (umumnya lutut)
7. Perubahan bentuk tulang.
Ini akibat jaringan
tulang rawan yang semakin rusak, tulang mulai berubah bentuk dan meradang,
menimbulkan rasa sakit yang amat sangat.
Patofisiologi Kartilago hyaline (jaringan rawan sendi)
Kartilago hyaline adalah jaringan elastis yang 95 persen terdiri
dari air dan matrik ekstra selular, 5 persen sel kondrosit. Fungsinya sebagai
penyangga atau shock breaker, juga sebagai pelumas, sehingga tidak menimbulkan
nyeri pada saat pergerakan sendi. Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih
cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan
kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang
menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang
rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Pada permukaan sendi yang sudah aus
terjadilah pengapuran. Yaitu tumbuhnya tulang baru yang merupakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk menjadikan sendi kembali stabil, tapi hal ini justru
membuat sendi kaku. Sendi yang sering menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi
yang sering digunakan sebagai penopang tubuh seperti lutut, tulang belakang,
panggul, dan juga pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati sakit akan
bertambah dan tidak bisa berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan
bentuk atau deformity bersifat permanen. Bengkok pada kaki bisa ke dalam maupun
keluar. Dampak kelainan ini muncul perlahan 10 tahun kemudian.
Patogenesis
osteoartritis
Konsep lama menyebutkan adanya proses pakai dan aus (wear and
tear), sehingga terlihat pengikisan atau penipisan rawan sendi. Ternyata hal
tersebut tidak dapat diterapkan sepenuhnya, karena beberapa hal yang menjadi
hambatan diantaranya adalah terdapatnya proses OA pada persendian yang tidak
banyak mengalami proses pembebanan biomekanik, tidak dapat menjelas-kan proses
kronisitas OA. Banyak penelitian yang mencoba mengungkapkan ketidakcocokkan
teori lama tersebut, yaitu dijumpainya perbedaan antara rawan sendi pada
penyakit OA dan proses penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada
percobaan hewan yang distimu-lasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan.
Sentral dari proses OA tersebut sebenarnya terdapat pada
khondrosit yang merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan sendi.
Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang akan memicu proses patogenik OA.
Khondrosit akan mensintesis berbagai kom-ponen yang diperlukan
dalam pembentukan ra-wan sendi, seperti proteoglikan, kolagen dan se-bagainya.
Disamping itu ia akan memelihara keberadaan komponen dalam matriks arawan sendi
melalui mekanisme turn over yang begitu dinamis. Dengan kata lain terdapat satu
keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi rawan sendi. Gangguan
keseimbang-an ini yang pada umumnya berupa peningkatan proses degradasi, akan
menandai penipisan rawan sendi dan selanjutnya kerusakan rawan sendi yang
berfungsi sebagai bantalan redan kejut. Apakah sintesis matriks rawan sendi ini
tidak terjadi ? Tidak, sintesis matriks rawan sendi tetap ada terutama pada
awal proses patologik OA, namun kualitas matriks rawan sendi yang terbentuk
tidak baik. Pada proses akhir kerusak-an rawan sendi, memang sintesis yang
buruk tadi tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi yang cepat. Hal
ini terlihat dari merosotnya produksi proteoglikan yang menandai menurun-nya
fungsi khondrosit.
Khondrosit yang merupakan aktor tunggal pada proses ini akan
dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan
keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh
sitokin ) yanga (TNFaInter-leukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor dikeluarkan oleh sel lain di dalam sendi.
Sedangkan faktor anabolik ) dan insulin-likeb(TGFbdiperankan oleh transforming growth factor growth factor-1 (IGF-1).
Perubahan patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan
mengalami fibro-sis serta distorsi. Sinovium mengalami keradang-an dan akan
memicu terjadinya efusi serta pro-ses keradangan kronik sendi yang terkena.
Per-mukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura yang
lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya
akan tampak jawaban tulang subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan
pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta
penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini
memberikan gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.
Teori anabolisme dan katabolisme diperkuat
dengan low synthesis dan high degradation cartilage dapat menerangkan
terjadinya OA. Marker untuk sintesis/anabolisme kartilago yaitu collagen
type II A meningkat di sendi OA pada stadium dini tapi menurun di serum; sedangkan
Type II C telopeptide merupakan marker degradasi / katabolisme.
a. Degradasi Tulang
rawan.
Perubahan yang mencolok pada OA terjadi pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi
seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak,
integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat
terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang, dapat
timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan
lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanik. Semua kartilago
secara metabolis aktif, dan kondrosit melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon).
Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler. Proses degradasi yang
timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi)
dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi,
pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat
berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10–15 tahun, sedang yang
lambat 20 – 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan
rawan sendi .
b. Osteofit Bersama
timbulnya dengan degenerasi tulang rawan, timbul reparasi.
Reparasi berupa
pembentukan osteofit di tulang subkondral.
c. Sklerosis subkondral
Pada tulang subkondral
terjadi reparasi berupa sclerosis (pemadatan/penguatan tulang tepat di
bawah lapisan rawan yang mulai rusak).
d. Sinovitis
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses
sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri
dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan
dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi.
Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam
celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut
terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak.
Cairan ini akan didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan
menimbulkan kantong yang disebut kista subkondral .
Klasifikasi OA
Berdasarkan kriteria
A.R.A (American Rheumaticam Associaton)
1. Primer (Idiopatik)
Adalah tanpa
kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthritis.
Penyebab tidak diketahui, dialami setelah usia 45 tahun, tidak diketahui
penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan dapat mengenai banyak
sendi. Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul, bisa juga sendi lain seperti
punggung dan jari-jari.
2. Sekunder
Dialami sebelum usia 45 tahun, penyebab trauma (instability) yang
menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang
atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar dan pembedahan
pada sendi. Penyebab lain adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.
DIAGNOSIS
- Anamnese
Pola pertanyaan yang diajukan ketika Anamnese dengan pasien, yaitu:
·
Onset ( Akut atau Gradual
)
·
Location ( Lokasi )
·
Pola (Intermittent
atau terus menerus)
·
Frequensi: setiap
hari, per minggu atau per bulan
·
Durasi (Duration) :
menit atau beberapa jam
·
Progression :semakin
memburuk atau semakin membaik dibandingkan dengan sebelumnya
·
Severity ( Tingkat
keparahan ) : ringan, sedang dan berat
·
Karakter ( Nyeri
bersifat tajam, tumpul atau aching (sakit )
·
Radiation (Penyebaran)
·
Precipitating dan
relieving factors (Faktor-faktor yang memperberat dan faktor-faktor yang
mengurangi gejala)
Contohnya: Apakah ada menggunakan pengobatan sebelumya )
·
Systemic symptom (gejala-gejala
sistemik, al; demam, malaise, anoreksia, penurunan berat badan)
- Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada
setiap sendi, perhatian juga hal –hal berikut ini :
1.
Keadaan
umum – komplikasi steroid, berat badan.
- Tangan – meliputi
vaskulitasi dan fungsi tangan.
- Lengan – siku dan
sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
- Wajah. Periksa mata untuk
sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis, skleromalasia perforans,
katarak, anemia dan tanda – tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar. Mulut (kering, karies
dentis, ulkus), suara serak, sendi temporomandibula ( krepitus ). Catatan
: artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi.
- Leher – adanya tanda – tanda
terkenanya tulang servikal.
- Toraks. Jantung (adanya
perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral ). Paru – paru (adanya efusi pleural, fibrosis, nodul
infark, sindroma Caplan).
- Abdomen – adanya splenomegali
dan nyeri tekan apigastrik.
- Panggul dan lutut.
- Tungkai bawah – adanya ulkus,
pembengkakan betis (kista Baker yang reptur) neuropati, mononeuritis
multipleks dan tanda – tanda kompresi medulla spinalis.
- Urinalisis untuk protein dan
darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah.
- Pemeriksaan
Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah
tepi, imunologi dan cairan sendi umumnya tidak ada kelainan, kecuali
osteoarthritis yang disertai peradangan.pada pemerikasaan radiology didapatkan
penyempitan rongga sendi disertai sclerosis tepi persendian. Mungkin terjadi
deformitas, osteoarthritis atau pembentukan kista juksta artikular.
Kadang-kadang tampak gambaran taji (spur formation), liping pada tepi-tepi
tulang, dan adanya tulang-tulang yang lepas.
- Pemeriksaan
darah tepi
Terjadi peningkatan lekosit dengan predominan neutrofil segmental,
peningkatan laju endap darah dan C-reactive Protein (CRP). Tes ini tidak
spesifik tapi sering digunakan sebagai petanda tambahan dalam diagnosis
khususnya pada kecurigaan artritis septik pada sendi. Kultur darah memberikan
hasil yang positif pada 50-70% kasus.
- Pemeriksaan
cairan sendi
Aspirasi cairan sendi harus dilakukan segera bila kecurigaan
terhadap artritis septik, bila sulit dijangkau seperti pada sendi panggul dan
bahu maka gunakan alat pemandu radiologi. Cairan sendi tampak keruh, atau
purulen, leukosit cairan sendi lebih dari 50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering
mencapai 75%-80%. Pada penderita dengan malignansi, mendapatkan terapi
kortikosteroid, dan pemakai obat suntik sering dengan leukosit kurang dari
30.000 sel/mm3. Leukosit cairan sendi yang lebih dari 50.000 sel/mm3 juga
terjadi pada inflamasi akibat penumpukan kristal atau inflamasi lainnya seperti
artritis rheumatoid. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan cairan sendi dengan
menggunakan mikroskop cahaya terpolarisasi untuk mencari adanya kristal.
Ditemukannya kristal pada cairan sendi juga tidak menyingkirkan adanya
arthritis septik yang terjadi bersamaan. Pengecatan gram cairan sinovial harus
dilakukan, dan menunjukkan hasil positif pada 75% kasus arthritis positif
kultur stafilokokus dan 50% pada artritis positif kultur basil gram negatif.
Pengecatan gram ini dapat menuntun dalam terapi antibiotika awal sambil menunggu
hasil kultur dan tes sensitivitas. Kultur cairan sendi dilakukan terhadap kuman
aerobik, anaerobik, dan bila ada indikasi untuk jamur dan mikobakterium. Kultur
cairan sinovial positif pada 90% pada artritis septic nongonokokal.
- Pemeriksaan
polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR) bakteri dapat
mendeteksi adanya asam nukleat bakteri dalam jumlah kecil dengan sensitifitas
dan spesifisitas hampir 100%. Beberapa keuntungan menggunakan PCR dalam
mendeteksi adanya infeksi antara lain :
1. mendeteksi bakteri
dengan cepat,
2. dapat mendeteksi
bakteri yang mengalamipertumbuhan lambat,
3. mendeteksi bakteri
yang tidak dapat dikultur,
4. mendeteksi bakteri
pada pasien yang sedang mendapatkan terapi,
5. mengidentifikasi
bakteri baru sebagai penyebab.
Tapi PCR juga mengalami
kelemahan yaitu hasil positif palsu bila bahan maupun reagen yang mengalami
kontaminasi selama proses pemeriksaan.
- Pemeriksaan
Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi pada hari pertama biasanya menunjukkan
gambaran normal atau adanya kelainan sendi yang mendasari. Penemuan awal berupa
pembengkakan kapsul sendi dan jaringan lunak sendi yang terkena, pergeseran
bantalan lemak, dan pelebaran ruang sendi. Osteoporosis periartikular terjadi
pada minggu pertama artritis septik. Dalam 7 sampai 14 hari, penyempitan ruang
sendi difus dan erosi karena destruksi Diagnosis dan Penatalaksanaan Artritis
Septik I Wayan Darya. Tjokorda Raka Putra 50 kartilago. Pada stadium lanjut
yang tidak mendapatkan terapi adekuat, gambaran radiologi nampak destruksi
sendi, osteomyelitis ankilosis, kalsifikasi jaringan periartikular, atau
hilangnya tulang subkondral diikuti dengan sklerosis reaktif. Pemeriksaan USG
dapat memperlihatkan adanya kelainan baik intra maupun ekstra artikular yang
tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi. Sangat sensitive untuk mendeteksi
adanya efusi sendi minimal (1-2 mL), termasuk sendi-sendi yang dalam seperti
pada sendi panggul. Cairan sinovial yang hiperekoik dan penebalan kapsul sendi
merupakan gambaran karakteristik arthritis septik. Pemeriksaan lain yang
digunakan pada arthritis septik dimana sendi sulit dievaluasi secara klinik
atau untuk menentukan luasnya tulang dan jaringan mengalami infeksi yaitu
mengunakan CT, MRI , atau radio nuklead.
Diagnosis
Banding
1. Rheumatoid Artritis
2. Artritis
Gout
Penatalaksanaan
Terapi Obat
1.
Salisilat
dosis rendah 4 – 6 x 500 miligram sehari (hati-hati efek
samping tinitus)
2.
Obat NSAIDs
lainnya, seperti parasetamol, dihydrocodein, dan dextropropoxyphene
3.
Jika nyeri
hebat mungkin terdapat inflamasi sehingga perlu diberikan analgetik
antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin dosis tinggi 5 gram sehari,
indometasin 3 – 4 x 25 mg sehari, fenibutason 3 – 4 x 100 mg sehari, asam
mefenamat, flufenamik ibuprofen, ketoprofen, atau naproksen. Dapat juga
diberikan suntikan steroid intraartikuler, maksimal 5 kali dalam setahun,
dengan jarak pemberian 2 – 4 minggu untuk menghindari kemungkinan menambah
destruksi tulang rawan. Kortikosteroid jangan diberikan bila terdapat infeksi
atau sendi tidak stabil. Bila suntikan menimbulkan kista inflmasi, berikan
fenilbutason 4 x 200 mg selama 2 hari.
4.
Pemberian
kortikosteroid secara oral atau sistemik merupakan kontraindikasi pada penderita
dengan penyakit sendi degeneratif, sebab tulang akan semakin keropos.
Terapi non
obat
1.
Istirahat
dan menghindari trauma yang berulang
2.
Alat bantu
sendi dan alat bantu jalan
3.
Mengurangi
diet, jika penderitanya gemuk
4.
Fisioterapi:
olahraga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) akan membantu
mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi dan
kekuatan otot-otot disekitarnya sehingga
otot menyerap benturan dengan lebih baik. Dianjurkan untuk menggunakan kursi
dengan sandaran yang keras, kasur yang tidak terlalu lembek, dan tempat tidur
yang dialasi papan. Untuk osteoartritis pada tulang, dilakukan olahraga khusus,
dan jika penyakitnya berat, bisa digunakan penopang punggung. Tetap melakukan
kegiatan dan pekerjaan sehari-hari, sangatlah penting.
5.
Terapi
fisik: Terapi fisik yang sering dilakukan adalah dengan pemanasan. Untuk nyeri
pada jari tangan dianjurkan meredam tangan dalam campuran parafin panas dengan
minyak mineral pada suhu 47,8 - 52˚ Celsius atau mandi dengan air hangat.
Pemijatan oleh tenaga terlatih, traksi (penarik) dan terapi pemanasan dalam
dengan diatermi atau ultrasonik bisa dilakukan pada osteoartritis di leher.
a) Suplemen dan sayuran
·
Jus sayuran
: Jus seledri, kubis dan wortel untuk mengurangi gejala artritis rematoid.
·
Vitamin C
:Menghindari iritasi pada lambung supaya efek terapinya lebih lama.
·
Ikan dan
minyak ikan :Kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega-3, yang dapat
menghilangkan nyeri dan pembengkakan pada smeua jenis artritis. Selain
itu,minyak ikan kod kaya akan vitamin D yang memebantu membangun tulang, dan
vitamin A yang membantu melawan peradangan.
·
Vitamin B3
( Niasinamid) : 500mg vitamin B3 sehari membantu memperbaiki mobilitas sendi
·
Vitamin B5(
asam pantotenat) : Dapat mengurangi nyeri dan peradangan pada artritis.
Vitaamin ini juga mmebantu tubuh membuat substansi yang berguna bagi
pembentukkan jaringan ikat yang memperkuat sendi.
·
Multivitamin
: Mempunyai sifat antiinflamasi dan antioksidan yang bermanfaat pada pengobatan
artritis .
·
Melatonin :
Melatonin kaya akan vitamin E yang efektif untuk semua jenis artritis.
·
Pycnogenol
: Terdapat pada biji anggur dan kulit pohon pinus. Efek antioksidannya 50 kali
lebih kuat dibanding dengan vitamin E. Juga membantu sendi yang terkena
artritis berefek menghilangkan racun dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
b) Herbal
·
Jahe dan
Kunyit : bahan antiinflamasi yang sangat baik serta dapat mengurangi nyeri dan
sendi. Jahe juga mepunyai efek pelindung
lambung dan baik bagi pencernaan.
·
Hot chili
peppers dan cayenne pepper: berefek
mengurangi peradangan pada artritis ,mengurangi pembengkakan danmenghilangkan
nyeri.
·
Aloe Vera:
meningkatkan sistem kekebalan dan merupakan antiinflamasi yang sangat kuat.
Daun lidah buaya mengandung asam
salisilat dan magnesium yang berfungsi melawan artritis. AloeVera juga
mengandung vitamin C dan selenium dalam konsentrasi yang cukup tinggi, serta
antioksidan yang dapat membantu mencegah dan menyembuhkan penyakit kronis
seperti artritis.
·
Rosemary:Berfungsi
mirip aspirin , tetapi aman bekerja sebagai anti inflamasi untuksemua jenis
artritis.
·
Minyak
juniper :Menghilangkan bengkaka pada sendi.
c) Panas dan
dingin
·
Cara terapi
panas pada rematik adalah untuk meningkatkan aliran darah ke darah sendi yang
terserang.Cara menggunakan air panas bisa dengan handuk hangat atau kantong
panas yang ditempelkan pada sendi yang meradang atau dapat juga dengan mandi
atau berendam di dalam air panas .
·
Terapi
dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri ,peradangan serta kaku atau kejang
otot. Cara terapi dingin adalah dengan menggunakan kantong dingin ,semprotan
dingin .
d) Olahraga
dan istirahat
·
Latihan dan
olahraga yang dianjurkan adalah :
1)
Range of
motion exercise : Merupakan latihan fisik yang membantu menjaga pergerakkan
normal sendi , memelihara atau meningkatkan fleksibilitas dan menghilangkan
kekauan sendi.
2)
Strengthening
exercise : Untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot. Otot yang kuat
membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit rematik
3)
Aerobic
atau endurance exercise : Untuk meningkatkan kesehatan pembuluh darah jantung (
cardiovascular) , membantu menjaga berat badan ideal dan memperbaiki kesehatan
secara menyeluruh . Penelitian menunjukkan bahwa latihan aerobik dapat
mengurangi inflamasi di beberapa sendi.
e) Fisioterap
dan relaksasi
·
Dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki kekauan pada sendi yang
terserang rematik. Terapi jenis ini dilakukan dengan hati-hati seperti menarik
secara lembut dan terus menerus ada otot yang kaku, pemijatan dan manipulasi
dengan mengguakan kedua tangan untuk memperbaiki pergerkkan sendi yang kaku.
·
Relaksasi
progresif membantu mengurangi nyeri dengan melakukan geakan yang melemaskan
otot yang tegang. Pada relaksasi progresif , gerakan yang dilakukan adalah pada
satu saat mengencangkan kumpulan otot tertentu , kemudian secara perlahan
melemaskannya dan merelaksasikannya.
f) Terapi
bedah
·
Terapi
bedah terkadang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan sendi setelah trauma.
Dalam kasus rematik yang parah , pembedahan bermanfaat untuk memperbaiki atau mengganti
sendi yang telah rusak ( arthroplast)
g) Diet.
·
Melakukan
perpaduan antara olahraga dengan diet seimbang , yang dapat membantu penderita
penyakit rematik mengatur berat badan agar tetap ideal.
·
Penderita
harus menghindari minuman alkohol dan makanan dengan protein ( purin) tinggi
seperti jeroan ( hati.ginjal), makanan laut dan kuah daging.
·
Makanan
hidup yaitu makanan segar yang belum diolah seperti buah dan sayuran segar ,
biji-bijiann dalambentuk yang utuh dan alami serta makanan hasil laut atau
hewan segar, dapat meberikan pada tubuh semua zat yang diperlukan untuk
membangun sendi yang rusak dan memulihkan stamina yang prima.sedangkan makanan hasil olahan yang tidak segar membuat orang rentan terkena penyakit.
Pembedahan
Jika pengobatan
lainnya gagal, bisa dilakukan pembedahan. Beberapa sendi (terutama sendi
panggul dan lutut) dapat diganti dengan sendi buatan. Tindakan ini biasanya
berhasil dan hampir selalu bisa memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi, serta
mengurangi nyeri. Karena itu jika fungsi sendi menjadi terbatas, dianjurkan
untuk menjalani penggatian sendi. Pada
kasus tertentu dapat dilakukan tindakan bedah ortopedik (ortoplastik).
Komplikasi
Pencegahan OA
- Menjaga
berat badan
- Olah raga yang tidak banyak
menggunakan persendian
- Aktifitas Olah raga sesuai
kebutuhan
- Menghindari perlukaan pada
persendian.
- Minum suplemen sendi
- Mengkonsumsi makanan sehat
- Memilih alas kaki yang tepat
dan nyaman
- Lakukan relaksasi dengan
berbagai tehnik
- Hindari gerakan yang
meregangkan sendi jari tangan.
- Jika ada deformitas pada
lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. hal tersebut akan
menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
Prognosis
Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan
obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan HM. Diagnosis Arthritis Rematoid dan Perbandingannya
Artritis-Artritis Lain. Kongres nasional I, Ikatan Rematologi Indonesia, Semarang tgl. 28,29,30,
1983, hal 43-47
Soeroso J, Isbagio H dkk 2006. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (Editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV, Penerbit FKUI,
Jakarta, 1195
Junqueira
Carlos Luis, 2004. Histologi Dasar Teks & Atlas Edisi 10, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 148
Robert K Murray, 2009. Buku Ajar Biokimia Harper Edisi 27. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Mansjoer Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, Penerbit Media
Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 535-536
Zainal
Effendi, 1983. Pengenalan praktis
penyaksician it phy reumatik. The journal of the Indonesia family; 3 (1) :4-9.